HUBUNGAN MANUSIA DENGAN AGAMA
Sebagai
salah satu makhluk hidup, manusia memiliki sifat alami yang diberikan oleh
pencipta-Nya, yaitu akal, hati, dan nafsu. Oleh karena itu manusia dapat
dikatakan sebagai makhluk ciptaan Allah Swt. yang paling sempurna dibandingkan
dengan makhluk ciptaan-Nya yang lainnya. Dengan akal yang dimiliki, manusia
dapat menentukan apa yang diinginkannya, mengetahui masalah-masalahnya, mencari
solusi dalam menyelasaikan
masalah-masalah yang dihadapi serta
bagaimana caranya mereka dapat mencapai keinginannya. Dengan hati yang dimiliki , manusia dapat
membedakan apa yang baik atau apa yang buruk bagi dirinya, khususnya dalam
memilih cara untuk mencapai keinginan dari akal manusia tersebut, atau dengan kata lain manusia dalam mencapai
keinginannya seharusnya menggunakan cara
yang baik, legal atau halal karena mereka memiliki hati. Dan dengan nafsu yang
dimiliki, manusia akan memiliki hasrat untuk mencapai keinginannya atau nafsu akan memberikan dorongan kepada manusia
untuk bertindak guna mencapai keinginannya.
Pengertian manusia sendiri secara umum adalah manusia sebagai makhluk pribadi dan
sebagai makhluk sosial karena manusia
bukan hanya diri mereka sendiri melainkan butuh akan bantuan dari orang lain. Melihat penjelasan dan pengertian mengenai manusia
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya manusia memiliki potensi
yang sangat besar sebagai salah satu ciptaan-Nya. Maka untuk menunjang,
mengontrol, serta mengarahkan potensi yang sangat besar tersebut, diperlukanlah
suatu pegangan atau pedoman yang menuntun manusia agar mereka tidak terlalu
melenceng keluar dari esensi manusia itu sendiri. Untuk itu, saya sebagai
penulis ingin mengajak para pembaca sekalian untuk lebih mendalami apakah
hakikat atau esensi dari manusia dan agama. Sebelumnya, kita samakan dahulu
persepsi mengenai agama itu sendiri. Agama adalah Ajaran yang diwahyukan Tuhan
kepada manusia melalui seorang Rasul-Nya. Jadi, agama dianggap sebagai suatu
kekuatan spiritual yang ampuh guna meluruskan potensi yang sangat besar yang
dimiliki manusia.
Seiring kian banyaknya orang yang memperdebatkan masalah
agama bahwa agama dianggap sebagai sumber penyakit baru di masyarakat, tentunya
hal tersebut akan menimbulkan masalah atau dampak yang merugikan bagi agama itu
sendiri. Untuk itu saya akan mengkaji permasalahan tersebut kedalam dua arah,
yaitu ”Mengapa manusia perlu agama?”. Dan juga ”Apa manfaat agama untuk
manusia?”. Untuk itu saya mencoba mengupas kedua permasalahan tersebut secara
singkat dan jelas kepada pembaca sekalian.
Berbicara mengenai ”Mengapa manusia perlu agama?”, tentunya
akan menimbulkan banyak persepsi, oleh karena itu saya akan membatasi apa yang
akan dibahas dalam masalah ini. Disini saya akan menjelaskan mengenai
faktor-faktor apa yang membuat seseorang memeluk agama, yaitu karena fitrah
manusia. Agama sebagai fitrah melahirkan keyakinan bahwa agama adalah
satu-satunya cara pemenuhan semua kebutuhan manusia karena hal yang paling
mendasar dari naluri manusia adalah kebutuhan akan suatu kepercayaan. Manusia
memang diciptakan untuk menganut suatu agama. Jika dalam ilmu sosiologi ada
yang dinamakan ”kontrak Sosial”, namun dalam segi agama ada yang dinamakan
”Perjanjian Primordial” yang terjadi didalam rohani manusia, yang pada intinya
adalah manusia akan mematuhi tuhan dan akan berbakti kepada-Nya. Selain itu, faktor
lain yang membuat seseorang memeluk agama adalah tinjauan historis. Manusia
pada zaman dahulu telah memiliki nafsu untuk menemukan siapa tuhan-Nya, hal ini
dibuktikan dengan beragamnya sistem kepercayaan, seperti animisme, dinamisme,
henoteisme, dll yang berkembang. Namun, tuhan yang mereka anggap sebagai tuhan
mereka hanyalah sebatas pada apa yang mereka ketahui melalui akal yang
dimiliki, padahal asal-usul tuhan jika dibedah dengan logika tidak akan
menemukan suatu konsensus tetapi hanya akan menimbulkan sebuah tanda tanya
besar. Informasi mengenai siapa tuhan yang benar harus berasal dari informasi
tuhan itu sendiri, tetapi bukan melalui manusia biasa melainkan melalui manusia
yang dipilih (Rasul) oleh tuhan tersebut. Maka semakin nampak jelaslah bahwa
manusia memang benar-benar membutuhkan agama.
Berbicara mengenai manfaat bagi manusia karena telah memeluk
agama pasti akan banyak sekali manfaat yang didapat karena setiap manusia
memiliki sikap yang berbeda-beda dalam menempatkan agama dalam hidupnya, namun
saya disini hanya akan memaparkan manfaat manusia memeluk agama secara umum,
diantaranya yaitu menjawab berbagai persoalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
Manusia ketika hidup di dunia pasti pernah dan selalu menghadapi masalah,
dengan beragama manusia dapat mencari solusi dari masalahnya dengan berpedoman
pada hal-hal yang diajarkan didalam Al-quran, karena Al-quran mencakup seluruh
permasalahan baik dunia maupun akhirat. Selain itu manfaat memeluk agama adalah
memberikan sugesti bagi manusia bahwa hidup bukan hanya di dunia saja,
melainkan akan ada kehidupan yang kekal, yaitu akhirat. Dengan sugesti tersebut
maka manusia akan selalu berusaha untuk melakukan ibadah-ibadah kebaikan kepada
Allah. Agama juga mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik kepada sesama
manusia, dengan kata lain manfaat memeluk agama yaitu mengejar dunia (secara
horisontal/Habluminnannas), namun juga mengedepankan akhirat (secara
vertikal/Habluminnallah).
Jadi, Hubungan manusia dengan agama sangatlah erat kaitannya, karena manusia tidak
bisa hidup tanpa agama dan agama pun
tidak akan berkembang tanpa manusia (Khalifah) yang menjalankannya. Tetapi
jangan menjadikan agama sebagai alasan untuk perpecahan antar umat manusia
karena cara pemelukan terhadap agama yang salah sehingga menimbulkan fanatisme
yang sebenernya hal tersebut akan menghilangkan esensi agama yang sebenarnya.
Intinya, dalam hidup beragama kita harus selalu mengingat potongan ayat Surah
Al-kafirun ” Lakum diinukum wa liya diin”, yang artinya Bagi kamu agama kamu
dan bagiku agamaku, karena dengan begitu kita akan berusaha untuk menghindari
perpecahan antar umat beragama. Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan,
kritik dan saran penulis harapkan untuk perbaikan essai ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar