Apakah
Passion itu Hobi?
Passion,
ya.. kata passion ini memang beberapa tahun belakangan ini sering mengudara
diberbagai kalangan mulai dari kalangan anak-anak, remaja sampai mahasiswa, dan
bahkan hingga orang tua. Hingga saat ini bahkan kata passion masih dapat
dikatakan eksis diperbincangkan terutama terkait dengan hal-hal atau kegiatan
yang menyangkut hobi seseorang atau kelompok/komunitas. Ingatkah kalian dengan
salah satu iklan produk pencuci rambut atau shampoo dimana salah satu
pemeeran dalam iklan itu mengatakan ”basket, adalah passion gue
(tertulis: Basketball is my passion)”. Seketika penulis menyimpulkan
bahwa tagline yang diusung oleh iklan merek pencuci rambut atau shampoo
kuat sekali efeknya hingga membuat kata passion itu sendiri eksis hingga saat
ini. Lalu, apakah passion itu sebuah hobi? Atau ketika seseorang melakukan
kegiatan secara rutin, maka hal itu disebut passion?
Oke, jadi penulis ingin mencoba untuk menyamakan persepsi
diawal tulisan ini mengenai passion supaya arah pemikiran dan imajinasi antara
penulis dengan pembaca dapat berintegrasi kearah yang sama. Passion itu sendiri
merupakan kata dalam Bahasa Inggris yang dapat menjadi kata benda (noun)
dan juga kata kerja (verb). Lalu yang membedakannya adalah ketika kata passion
itu dipakai sebagai kata benda, maka berarti sebagai a strong feeling or
emotion atau bahkan a feeling of strong sexual desire. Sedangkan
ketika kata passion dipakai sebagai kata kerja, maka akan menjadi to give a
passionate character to atau to be extremely agitated. Nah, sudah
terbayang pastinya kata passion itu sendiri secara hakikat dan juga literaturnya.
Maka, dapat penulis simpulkan bahwa passion itu bukanlah sekedar hobi
atau berarti passion itu merupakan stimulus yang membuat kuat hobi yang
kita tekuni. Sehingga dari hipotesa tersebut penulis sedikit menambah
kesimpulannya bahwa ketika seseorang dalam melakukan hal-hal atau kegiatan yang
dianggapnya sebuah hobi dan ketika saat itu juga hal-hal atau kegiatan tersebut
membuatnya menjadi seseorang yang dikatakan ahli atau handal dalam bidang
tertentu dari hobi yang ditekuninya, maka itulah passion.
Dalam diri seseorang
pastilah terdapat passion
akan tetapi penulis mencoba memberi suatu tahapan atau periodisasi dalam diri
seseorang mengenai passion ini. Disadur Rahman Wirajaya, Business
Development Manager Yukerja.Com dalam sesi diskusi kecil dengan para
peserta magang program #JobklikSIP4 menyatakan bahwa ada 3 tahapan yang harus
dilewati atau dapat dijadikan sebagai tolak ukur bagi seseorang, yaitu 1)
Kompetensi, 2) Passion, dan 3) Calling. Kompetensi dalam diri
seseorang tentunya berbeda intensitasnya. Akan tetapi yang perlu ditekankan
pada level ini (kompetensi) adalah bahwa kemampuan dasar ini dapat
dilatih dan diasah secara berkala hingga nantinya kemampuan dasar ini nantinya
dapat naik ke level selanjutnya yaitu passion. Kemudian, setelah
kemampuan dasar tersebut dilatih dan diasah maka kemungkinan besar seseorang
akan menjadi ahli atau handal. Pada level ini (passion) seseorang telah
dianggap ahli dan handal pada bidang tertentu yang ditekuninya. Yang terakhir
adalah calling, dimana pada level ini seseorang tidaklah lagi memikirkan
hal-hal apapun diluar itu atau secara ekstrem penulis dapat katakan sesuatu hal
yang ditekuni tersebut telah memanggil jiwanya untuk mengabdi bahkan
mengorbankan jiwa sekalipun. Akan tetapi dalam level calling ini sulit
sekali untuk dicapai dan terkadang seseorang yang bersangkutan sekalipun tidak
tau bahwa hal-hal yang telah dilakukannya itu termasuk kedalam level calling
ini dan yang terpenting adalah calling (panggilan jiwa ini tidak
selamananya sama dengan atau berhubungan dengan passion).
Lalu penulis pun tersadar dan mencoba kembali merumuskan
masalah terkait dengan passion ini. Yang menjadi kegelisahan penulis adalah
bagaimana kita menyikapi dan menghadapi fenomena passion ini?.
Seolah-olah passion ini menjadi suatu momok yang menakutkan bagi
siapapun padahal diawal tulisan digambarkan bahwa passion adalah hal-hal atau
kegiatan yang disukai seseorang. Kontra sekali bukan.
Dalam menghadapi passion dalam diri seseorang, penulis
mencoba memberikan saran-saran sekaligus kiat-kiat agar passion ini
dapat menjadi suatu hal yang positif dampaknya mengingat bahwa didalam passion
terdapat suatu dorongan atau stimulus yang sangat kuat sehingga perlu diatasi
atau di-manage dengan tepat. Berikut adalah saran-saran yang dapat
dilakukan ketika seseorang sedang berada pada level passion-nya:
1.
Tetap berpikir positif
Maksudnya adalah ketika sifat passion dalam diri
seseorang membuat orang tersebut menjadi lebih bergairah, bersemangat maka
sugestlah diri seseorang agar yang tertanam didalam alam bawah sadarnya adalah
hal-hal yang positif sehingga akan menggandakan kelebihan dari sifat passion
itu sendiri.
2.
Lanjutkan dan semakin dalami hal tersebut
Ketika suggesti dalam diri seseorang telah positif, maka
lanjutkanlah kegiatan tersebut. Dan juga kalau diperlukan seseorang harus
mendalami dan semakin mendalami suatu kegiatan tertentu.
3.
Ambilah manfaatnya sebaik mungkin
Dan yang terakhir ketika semua telah dilakukan dan
seseorang tersebut telah merasa yakin akan passionnya tersebut, maka
ambilah manfaatnya dengan sebaik mungkin. Pada tahap ini adalah yang dinamakan
bonus yang tidak terduga diawal atau setidaknya seseorang biasanya hanya
bermimpi untuk sampai pada tahap ini.
Sebagai contohnya adalah seorang wanita bernama Erista
sedang menjalani pendidikan di salah satu universitas swasta dibilangan Jakarta
Selatan. Dia belajar di Fakultas Hukum konsentrasi Hukum Perdata dan
bercita-cita sebagai Notaris. Suatu ketika pada liburan Semester genap, dia
magang disalah satu perusahaan tambang didaerah Tebet, Jakarta Selatan. Ketika
itu perusahaan tempatnya magang sedang membuka kerjasama dengan perusahaan lain
dibidang terkait sehingga perlu untuk membuat kontrak kerjasama untuk mengikat
kedua perusahaan itu. Secara tiba-tiba Erista menwarkan diri kepada atasan
tempat dirinya magang agar ikut serta dalam menyusun kontrak dan oleh atasannya
diperbolehkan sehingga dia yang notabene-nya sebagai mahasiswa magang dapat dipercaya
sebagai salah satu contract drafter-nya. Sejak saat itu, Erista tidak
lagi menjadi mahasiswa magang akan tetapi diangkat menjadi seorang contract
drafter pada perusahaan itu.
Jika dikaitkan dengan 3 saran yang dapat dilakukan dalam
menghadapi passion diatas adalah kompetensi atau kemampuan dasar Erista dikelas
saat kuliah dalam menyusun kontrak ternyata berbuah hasil. Kemampuan membuat
kontrak tersebut didalaminya dengan sering membaca berbagai macam dan jenis
kontrak dan berlatih sendiri untuk membuatnya dan mengembangkannya. Dan sampai
pada akhirnya ketika Kompetensi (kemampuan dasar) diarahkan dan disugestikan
kepada hal-hal yang positif maka yang berbalik adalah hal-hal yang positif
juga. Kemudian ketika dia semakin mendalami dan menjadi suatu kemahiran profesi
bagi dirinya, maka manfaat yang baik nantinya akan muncul sebagai bonus akan
hal-hal yang telah dilakukannya selama ini.
Kembali ke judul artikel ini, Apakah passion itu
hobi? Maka dapat diberikan suatu pernyataan bahwa passion lebih dari sekedar
hobi (biasa). Akan tetapi sebuh hobi (yang biasa) belum tentu menjadi passion
seseorang. Penulis sedikit mengingatkan jargon yang sangat terkenal, yaitu follow
your passion. Namun menurut penulis hal itu saja belum cukup, tetapi harus kerja
keras (work hardest) dan juga mimpilah sebesar mungkin (dream big).
Follow your passion, work hardest, adn dream big. (NNP).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar