Jumat, 30 Mei 2014

Apakah Passion itu Hobi?



Apakah Passion itu Hobi?

Passion, ya.. kata passion ini memang beberapa tahun belakangan ini sering mengudara diberbagai kalangan mulai dari kalangan anak-anak, remaja sampai mahasiswa, dan bahkan hingga orang tua. Hingga saat ini bahkan kata passion masih dapat dikatakan eksis diperbincangkan terutama terkait dengan hal-hal atau kegiatan yang menyangkut hobi seseorang atau kelompok/komunitas. Ingatkah kalian dengan salah satu iklan produk pencuci rambut atau shampoo dimana salah satu pemeeran dalam iklan itu mengatakan ”basket, adalah passion gue (tertulis: Basketball is my passion)”. Seketika penulis menyimpulkan bahwa tagline yang diusung oleh iklan merek pencuci rambut atau shampoo kuat sekali efeknya hingga membuat kata passion itu sendiri eksis hingga saat ini. Lalu, apakah passion itu sebuah hobi? Atau ketika seseorang melakukan kegiatan secara rutin, maka hal itu disebut passion?
Oke, jadi penulis ingin mencoba untuk menyamakan persepsi diawal tulisan ini mengenai passion supaya arah pemikiran dan imajinasi antara penulis dengan pembaca dapat berintegrasi kearah yang sama. Passion itu sendiri merupakan kata dalam Bahasa Inggris yang dapat menjadi kata benda (noun) dan juga kata kerja (verb). Lalu yang membedakannya adalah ketika kata passion itu dipakai sebagai kata benda, maka berarti sebagai a strong feeling or emotion atau bahkan a feeling of strong sexual desire. Sedangkan ketika kata passion dipakai sebagai kata kerja, maka akan menjadi to give a passionate character to atau to be extremely agitated. Nah, sudah terbayang pastinya kata passion itu sendiri secara hakikat dan juga literaturnya. Maka, dapat penulis simpulkan bahwa passion itu bukanlah sekedar hobi atau berarti passion itu merupakan stimulus yang membuat kuat hobi yang kita tekuni. Sehingga dari hipotesa tersebut penulis sedikit menambah kesimpulannya bahwa ketika seseorang dalam melakukan hal-hal atau kegiatan yang dianggapnya sebuah hobi dan ketika saat itu juga hal-hal atau kegiatan tersebut membuatnya menjadi seseorang yang dikatakan ahli atau handal dalam bidang tertentu dari hobi yang ditekuninya, maka itulah passion.
Dalam diri seseorang  pastilah terdapat  passion akan tetapi penulis mencoba memberi suatu tahapan atau periodisasi dalam diri seseorang mengenai passion ini. Disadur Rahman Wirajaya, Business Development Manager Yukerja.Com dalam sesi diskusi kecil dengan para peserta magang program #JobklikSIP4 menyatakan bahwa ada 3 tahapan yang harus dilewati atau dapat dijadikan sebagai tolak ukur bagi seseorang, yaitu 1) Kompetensi, 2) Passion, dan 3) Calling. Kompetensi dalam diri seseorang tentunya berbeda intensitasnya. Akan tetapi yang perlu ditekankan pada level ini (kompetensi) adalah bahwa kemampuan dasar ini dapat dilatih dan diasah secara berkala hingga nantinya kemampuan dasar ini nantinya dapat naik ke level selanjutnya yaitu passion. Kemudian, setelah kemampuan dasar tersebut dilatih dan diasah maka kemungkinan besar seseorang akan menjadi ahli atau handal. Pada level ini (passion) seseorang telah dianggap ahli dan handal pada bidang tertentu yang ditekuninya. Yang terakhir adalah calling, dimana pada level ini seseorang tidaklah lagi memikirkan hal-hal apapun diluar itu atau secara ekstrem penulis dapat katakan sesuatu hal yang ditekuni tersebut telah memanggil jiwanya untuk mengabdi bahkan mengorbankan jiwa sekalipun. Akan tetapi dalam level calling ini sulit sekali untuk dicapai dan terkadang seseorang yang bersangkutan sekalipun tidak tau bahwa hal-hal yang telah dilakukannya itu termasuk kedalam level calling ini dan yang terpenting adalah calling (panggilan jiwa ini tidak selamananya sama dengan atau berhubungan dengan passion).
Lalu penulis pun tersadar dan mencoba kembali merumuskan masalah terkait dengan passion ini. Yang menjadi kegelisahan penulis adalah bagaimana kita menyikapi dan menghadapi fenomena passion ini?. Seolah-olah passion ini menjadi suatu momok yang menakutkan bagi siapapun padahal diawal tulisan digambarkan bahwa passion adalah hal-hal atau kegiatan yang disukai seseorang. Kontra sekali bukan.
Dalam menghadapi passion dalam diri seseorang, penulis mencoba memberikan saran-saran sekaligus kiat-kiat agar passion ini dapat menjadi suatu hal yang positif dampaknya mengingat bahwa didalam passion terdapat suatu dorongan atau stimulus yang sangat kuat sehingga perlu diatasi atau di-manage dengan tepat. Berikut adalah saran-saran yang dapat dilakukan ketika seseorang sedang berada pada level passion-nya:
1.      Tetap berpikir positif
Maksudnya adalah ketika sifat passion dalam diri seseorang membuat orang tersebut menjadi lebih bergairah, bersemangat maka sugestlah diri seseorang agar yang tertanam didalam alam bawah sadarnya adalah hal-hal yang positif sehingga akan menggandakan kelebihan dari sifat passion itu sendiri.
2.      Lanjutkan dan semakin dalami hal tersebut
Ketika suggesti dalam diri seseorang telah positif, maka lanjutkanlah kegiatan tersebut. Dan juga kalau diperlukan seseorang harus mendalami dan semakin mendalami suatu kegiatan tertentu.
3.      Ambilah manfaatnya sebaik mungkin
Dan yang terakhir ketika semua telah dilakukan dan seseorang tersebut telah merasa yakin akan passionnya tersebut, maka ambilah manfaatnya dengan sebaik mungkin. Pada tahap ini adalah yang dinamakan bonus yang tidak terduga diawal atau setidaknya seseorang biasanya hanya bermimpi untuk sampai pada tahap ini.
Sebagai contohnya adalah seorang wanita bernama Erista sedang menjalani pendidikan di salah satu universitas swasta dibilangan Jakarta Selatan. Dia belajar di Fakultas Hukum konsentrasi Hukum Perdata dan bercita-cita sebagai Notaris. Suatu ketika pada liburan Semester genap, dia magang disalah satu perusahaan tambang didaerah Tebet, Jakarta Selatan. Ketika itu perusahaan tempatnya magang sedang membuka kerjasama dengan perusahaan lain dibidang terkait sehingga perlu untuk membuat kontrak kerjasama untuk mengikat kedua perusahaan itu. Secara tiba-tiba Erista menwarkan diri kepada atasan tempat dirinya magang agar ikut serta dalam menyusun kontrak dan oleh atasannya diperbolehkan sehingga dia yang notabene-nya sebagai mahasiswa magang dapat dipercaya sebagai salah satu contract drafter-nya. Sejak saat itu, Erista tidak lagi menjadi mahasiswa magang akan tetapi diangkat menjadi seorang contract drafter pada perusahaan itu.
Jika dikaitkan dengan 3 saran yang dapat dilakukan dalam menghadapi passion diatas adalah kompetensi atau kemampuan dasar Erista dikelas saat kuliah dalam menyusun kontrak ternyata berbuah hasil. Kemampuan membuat kontrak tersebut didalaminya dengan sering membaca berbagai macam dan jenis kontrak dan berlatih sendiri untuk membuatnya dan mengembangkannya. Dan sampai pada akhirnya ketika Kompetensi (kemampuan dasar) diarahkan dan disugestikan kepada hal-hal yang positif maka yang berbalik adalah hal-hal yang positif juga. Kemudian ketika dia semakin mendalami dan menjadi suatu kemahiran profesi bagi dirinya, maka manfaat yang baik nantinya akan muncul sebagai bonus akan hal-hal yang telah dilakukannya selama ini.
Kembali ke judul artikel ini, Apakah passion itu hobi? Maka dapat diberikan suatu pernyataan bahwa passion lebih dari sekedar hobi (biasa). Akan tetapi sebuh hobi (yang biasa) belum tentu menjadi passion seseorang. Penulis sedikit mengingatkan jargon yang sangat terkenal, yaitu follow your passion. Namun menurut penulis hal itu saja belum cukup, tetapi harus kerja keras (work hardest) dan juga mimpilah sebesar mungkin (dream big). Follow your passion, work hardest, adn dream big. (NNP).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar