Senin, 12 Desember 2016

‘Mengejar’ Untung Lewat Properti di Kota Baru Publik Maja, Banten




Kebutuhan tempat tinggal terus meningkat dimana ketersediaan lahan belum mampu memenuhinya. Potret itulah yang nyata terjadi di kota-kota besar, wilayah dimana jumlah penduduk yang semakin padat namun harus ‘berebut’ lahan dengan bangunan komersial hingga pembangunan fasilitas atas nama kepentingan umum.

Solusi yang coba ditawarkan adalah menetap di wilayah penyangga kota dengan jaminan harga tanah dan rumah yang lebih murah serta dukungan akses transportasi. Sayangnya, tak semua menyambut baik atau melihat itu sebagai jalan keluar. Sebagian tetap rela tinggal dengan menyewa unit apartemen, namun tetap ada sebagian lainnya yang akhirnya memilih wilayah penyangga kota dan membeli properti disana untuk tempat tinggalnya.

Mereka yang tinggal dengan menyewa unit apartemen di daerah perkotaan, mesti merogoh ongkos sewa tahunan yang biasanya terus mengalami kenaikan. Kondisi yang sama sebetulnya juga dialami oleh mereka yang tinggal di deerah penyangga kota. Setiap bulan, mereka membayar cicilan yang terkadang naik pada tahun tertentu lantaran kenikan suku bunga. Hanya saja, ada peluang ‘untung’ beberapa waktu kemudian buat mereka yang punya properti di daerah penyangga. 

 Lantas, ‘keuntungan’ apa sih yang sebetulnya dimaksud?




The only time to buy these is on a day with no ‘y’ in it,” demikian kata Warren Buffett. 
Petuah dari salah satu orang terkaya di dunia, mestinya bisa menjadi inspirasi. Waktu yang tepat memiliki sebuah rumah adalah saat ini, sekarang juga. Waktu dimana orang-orang belum berminat itulah yang dimaksud dengan ‘keuntungan’. Selain karena ditawarkan dengan harga yang relatif lebih murah, biasanya akan ada peluang untung yang tak terduga lainnya.

Salah satunya adalah di Maja, Lebak Banten. Kembali menekankan pernyataan Warren tadi, kondisi harga tanah yang masih terjangkau di Maja agaknya menjadi pertimbangan buat segera mengambil kesempatan memiliki tanah di kota baru publik ini. Dilansir dari Kontan.Co.Id, belakangan harga rata-rata tanah di Maja berada di kisaran Rp 3,9 juta per meter perseginya.

Foto: Facebook Citra Maja Raya

Ambil contoh misalnya, sewaktu mengunjungi kantor Marketing Citra Maja Raya, salah satu pengembang besar perumahan di Maja sekira April 2016 kemarin, harga tanah dan bangunan yang ditawarkan untuk rumah tipe 22/60 (Rumah Sederhana/RS) Rp 143 juta. Dalam selebaran (flyer), harga rumah tipe RE ukuran 36/72 dan 45/90 dipasarkan dengan harga Rp 289 juta dan Rp 350 juta. Harga tersebut berlaku sejak April 2016.

Dilansir dari artikel lainnya di Kontan.Co.Id, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda menyebutkan bahwa rata-rata kenaikan harga tanah di Maja berkisar antara 5% sampai 10% per tahunnya. Menurutnya, hal itu akan semakin meningkat apabila pengembang besar sudah menjalankan proyeknya. Bila diasumsikan, kenaikan harga tanah per tahunnya bisa terkerek hingga 15%.

"Maja butuh waktu lima sampai 10 tahun untuk menjadi kota industri, setelah menjadi kota industri maka properti akan terpacu dan kawasan hunian baru akan tumbuh," begitu kata Ali.

Perkembangan pembangunan Citra Maja Raya 2016. Foto: Facebook Citra Maja Raya
 
Gerbang Utama Citra Maja Raya (dari atas). Foto: Facebook Citra Maja Raya

Progress Fly Over dari gerbang utama menuju pemukiman diatas rel kereta api. Foto: Facebook Citra Maja Raya

Progress pembangunan rumah tipe RE. Foto: Facebook Citra Maja Raya

Belakangan, dari situs citramaja.com, diumumkan penjualan tahap II untuk areal baru seluas 300 Hektar sudah mengalami perubahan harga. Tanpa perlu tunggu genap setahun, harga tanah bangunan untuk RS dipasarkan diharga Rp 149 juta. Kenaikan harga sekitar Rp 6 juta rupiah dalam waktu kurang dari satu tahun, tepatnya delapan bulan menjadi titik awal prospek cerah daerah Maja ini.

https://www.facebook.com/CitraMajaRaya/
Foto: Facebook Citra Maja Raya

Peluang yang bisa dilirik dari area pengembangan kota baru publik Maja adalah letaknya berada pada wilayah administrasi yang berbeda namun potensial, yakni, Tangerang, Bogor, dan Lebak itu sendiri. Jelasnya, luas area Maja secara keseluruhan mencapai 10.900 Hektar dengan rincian Kecamatan Maja di Kabupaten Lebak seluas 5.250 Hektar, Kecamatan Cisoka dan Tigaraksa di Kabupaten Tangerang seluas 2.650 Hektar, dan Kecamatan Tenjo di Kabupaten Bogor seluas 3.000 Hektar.

Selain itu, prospek cerah lain yang bisa semakin menguntungkan adalah para pengembang (developer) yang sudah berkomitmen membesarkan kota baru publik Maja ini bersama-sama. Raksasa properti tanah air seakan sudah bisa ‘meramalkan kejayaan’ daerah yang boleh dikatakan saat ini masih dipandang sebelah mata kebanyakan orang. Tak masalah, sampai mereka benar-benar tahu kalau ada belasan pengembang sudah mengantongi izin konsesi baik pengusaan maupun pengembangan lahan.

Digarap lebih dari 17 pengembang, hingga pengembang sekelas Agung Podomoro, Hanson, Kalbe Group, dan tentunya Ciputra Group sendiri semakin memperjelas kemana arah ‘kail pancing’ pengembangan kota baru publik Maja nantinya akan tertuju. Ambil contoh dari proyek Ciputra Group sebelumnya, Citra Raya yang kebetulan masih berada di satu kawasan yang berdekatan.

Proyek Citra Raya dimulai dibangun tahun 1994 dan dalam perjalanannya di tahun ke-22, areal ratusan hektar itu sudah menjadi ‘kota mandiri’ sendiri yang membuat warga yang tinggal disana nyaman lantaran sudah bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya tanpa perlu keluar dari pintu gerbang utama komplek tersebut. Bagaimana dengan Citra Maja Raya yang total areal pengembangannya mencapai 2.000 Hektar? Tentu bisa dibayangkan…

www.citramaja.com
Master Plan Citra Maja Raya. Foto: www.citramaja.com


Untuk diketahui, sejumlah developer termasuk Ciputra Group telah menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) pada 27 Juni 2016 silam untuk terlibat dalam pengembangan kota baru publik Maja. Pemerintah dan pengembang berkolaborasi membangun dan mengembangkan Maja yang merupakan satu dari program pembangunan 10 kota baru publik sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

Selain itu, kota baru publik Maja sendiri merupakan satu dari wilayah yang diprioritaskan karena posisinya yang berada diantara dua Wilayah Pengembangan Strategis (WPS), yakni WPS 7 yang meliputi Jakarta – Bogor – Ciawi – Sukabumi dan WPS 9 yang meliputi Tanjung Lesung – Sukabumi – Pangandaran – Cilacap. Pengembangan Maja ini juga menjadi program nawacita ketiga presiden Joko Widodo yakni “Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah-Daerah dan Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)”.

Sebagaimana diwartakan Tempo.Co, dalam MoU yang disepakati itu, pemerintah dan pengembang punya tugas masing-masing. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Pembangunan Perumahan (PUPR) wajib membuat rencana induk (masterplan) kota baru publik Maja, pembangunan, dan peningkatan infrastruktur jalan serta jembatan akses ke Maja. Pemerintah juga yang melakukan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan akses jalan tersebut.

Karena letaknya yang bersilangan dengan sejumlah daerah adminsitrasi lain, maka Pemprov Jawa Barat dan Pemprov Banten juga punya kewajiban melakukan penetapan lokasi ruas jalan akses Maja. Sementara, Pemkab Bogor, Pemkab Lebak, dan Pemkab Tangerang serta Pemkot Tangerang Selatan melakukan koordinasi pengadaan tanah jalan akses Maja dan fasilitas perizinan pengembangan kota baru publik Maja.

Jauh sebelum itu, pengembangan Maja sempat pernah digarap jauh sebelumnya. Masih dari sumber Tempo.Co, pengembangan kota baru publik Maja punya kronologi yang cukup panjang yakni sejak tahun 1994. Saat tahun itu dimulai inisiasi pembangunan perumahan oleh pengembang sebagai kota satelit penyangga Jakarta. Sayangya, tahun 1998 terjadi krisis ekonomi sehingga pembangunan tersebut mandek.

“Kemudian pada tahun 2006, pengembangan Kota Baru Publik Maja masuk lagi agenda nasional dalam rapat kabinet,” ujar Kepala Bidang Pengembangan Infrastruktur Kota Besar dan Kota Baru Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan BPIW Kementerian PUPR, Manggas Rudy Siahaan sebagaimana dikutip Tempo.Co.

Singkatnya, sekira tahun 2009 lahir Surat Keputusan (SK) Menpera No. 51/KPTS/M/2008 tentang Tim Kerja Fasilitasi Pengembangan Kembali Kota Kekerabatan Maja dan tahun 2011 dilakukan kembali studi kawasan dalam rangka evaluasi pengembangan kota kekerabatan Maja.

Lalu, bagaimana soal aksesnya?


Pertanyaan yang selalu muncul sebelum calon konsumen menentukan pilihannya memilih sebuah properti. Komitmen pembangunan kota baru publik Maja dari pemerintah serta sejumlah pengembang diikuti dengan pembangunan infrastruktur, salah satunya moda tranportasi.

Baik transportasi darat via jalan tol atau akses darat lainya sudah dibuat dalam peta jalan (road map). Akses yang masih menjadi andalan warga jabodetabek, Commuter Line kebetulan sudah bisa melayani trayek dari stasiun Maja – stasiun Serpong sampai stasiun Tanah Abang.

Stasiun Maja setelah direnovasi beberapa waktu lalu. Foto: Facebook Citra Maja Raya

Melewati kurang belasan stasiun, perjalanan normal itu bisa ditempuh dengan waktu sekira 90 menit untuk sampai di Tanah Abang dengan biaya yang dirogoh tak lebih dari 7 ribu. Selain nyaman dan aman, Commuter Line ini dapat melayani sampai pukul 10 malam ini bisa menjadi moda andalan bagi yang sebelumnya awam dengan transportasi kereta listrik ini.
Suasana di dalam stasiun Maja. Foto: Facebook Citra Maja Raya
Suasana di dalam stasiun Maja. Foto: Facebook Citra Maja Raya
Suasana peron di Stasiun Maja Foto: Facebook Citra Maja Raya
Diwartakan Kompas.com sebelumnya, beberapa infrastruktur guna mendukung Maja sebagai kota baru publik 2035 tengah dipersiapkan perencanaannya oleh BPIW. Dalam rancangannya, infrastruktur itu antara lain jalan mulai dari Pamulang-AEON BSD-Serpong-Setu-Parung Panjang-Maja sepanjang 87 kilometer masih dalam kajian studi detail engineering design.

Kepala BPIW, Rido Matari Ichwan mengatakan bahwa tiga tol lainnya guna menunjang konektivitas ke Maja masih dalam tahap persiapan lahan. Ketiga tol tersebut adalah Kunciran-Serpong, Cilegon-Bojonegara, dan Serpong-Balaraja seksi I serta Serpong-Legok seksi II.

Selain pembangunan jalan darat, pembangunan infrastruktur lainnya adalah bendungan dan sistem penyediaan air minum (SPAM). Keberadaan dua bendungan di sekitar Maja, yakni Sindangheula dan Karian yang saat ini masih dalam tahap lanjutan pembangunan juga diharapkan BPIW bisa segera selesai memberikan pasokan air ke warga di Maja.

Someone is sitting in the shade today because someone planted a tree a long time ago," - kata Warren Buffett
Kira-kira seperti itulah ilustrasi yang paling tidak bisa menjadi second opinion sebelum menentukan pilihan properti. Selain menjadi kebutuhan primer (papan), tak ada salahnya rumah juga dijadikan alternatif lain buat berinvestasi karena membeli rumah bukan hanya untuk dihuni melainkan juga merupakan sarana investasi yang dapat dijaminkan dan hasilnya digunakan untuk membiayai kegiatan usaha.







* Tulisan ini diikutsertakan dalam Citra Maja Raya Writing Competition 2016.

http://citramaja.com/