Senin, 12 Desember 2016

‘Mengejar’ Untung Lewat Properti di Kota Baru Publik Maja, Banten




Kebutuhan tempat tinggal terus meningkat dimana ketersediaan lahan belum mampu memenuhinya. Potret itulah yang nyata terjadi di kota-kota besar, wilayah dimana jumlah penduduk yang semakin padat namun harus ‘berebut’ lahan dengan bangunan komersial hingga pembangunan fasilitas atas nama kepentingan umum.

Solusi yang coba ditawarkan adalah menetap di wilayah penyangga kota dengan jaminan harga tanah dan rumah yang lebih murah serta dukungan akses transportasi. Sayangnya, tak semua menyambut baik atau melihat itu sebagai jalan keluar. Sebagian tetap rela tinggal dengan menyewa unit apartemen, namun tetap ada sebagian lainnya yang akhirnya memilih wilayah penyangga kota dan membeli properti disana untuk tempat tinggalnya.

Mereka yang tinggal dengan menyewa unit apartemen di daerah perkotaan, mesti merogoh ongkos sewa tahunan yang biasanya terus mengalami kenaikan. Kondisi yang sama sebetulnya juga dialami oleh mereka yang tinggal di deerah penyangga kota. Setiap bulan, mereka membayar cicilan yang terkadang naik pada tahun tertentu lantaran kenikan suku bunga. Hanya saja, ada peluang ‘untung’ beberapa waktu kemudian buat mereka yang punya properti di daerah penyangga. 

 Lantas, ‘keuntungan’ apa sih yang sebetulnya dimaksud?




The only time to buy these is on a day with no ‘y’ in it,” demikian kata Warren Buffett. 
Petuah dari salah satu orang terkaya di dunia, mestinya bisa menjadi inspirasi. Waktu yang tepat memiliki sebuah rumah adalah saat ini, sekarang juga. Waktu dimana orang-orang belum berminat itulah yang dimaksud dengan ‘keuntungan’. Selain karena ditawarkan dengan harga yang relatif lebih murah, biasanya akan ada peluang untung yang tak terduga lainnya.

Salah satunya adalah di Maja, Lebak Banten. Kembali menekankan pernyataan Warren tadi, kondisi harga tanah yang masih terjangkau di Maja agaknya menjadi pertimbangan buat segera mengambil kesempatan memiliki tanah di kota baru publik ini. Dilansir dari Kontan.Co.Id, belakangan harga rata-rata tanah di Maja berada di kisaran Rp 3,9 juta per meter perseginya.

Foto: Facebook Citra Maja Raya

Ambil contoh misalnya, sewaktu mengunjungi kantor Marketing Citra Maja Raya, salah satu pengembang besar perumahan di Maja sekira April 2016 kemarin, harga tanah dan bangunan yang ditawarkan untuk rumah tipe 22/60 (Rumah Sederhana/RS) Rp 143 juta. Dalam selebaran (flyer), harga rumah tipe RE ukuran 36/72 dan 45/90 dipasarkan dengan harga Rp 289 juta dan Rp 350 juta. Harga tersebut berlaku sejak April 2016.

Dilansir dari artikel lainnya di Kontan.Co.Id, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda menyebutkan bahwa rata-rata kenaikan harga tanah di Maja berkisar antara 5% sampai 10% per tahunnya. Menurutnya, hal itu akan semakin meningkat apabila pengembang besar sudah menjalankan proyeknya. Bila diasumsikan, kenaikan harga tanah per tahunnya bisa terkerek hingga 15%.

"Maja butuh waktu lima sampai 10 tahun untuk menjadi kota industri, setelah menjadi kota industri maka properti akan terpacu dan kawasan hunian baru akan tumbuh," begitu kata Ali.

Perkembangan pembangunan Citra Maja Raya 2016. Foto: Facebook Citra Maja Raya
 
Gerbang Utama Citra Maja Raya (dari atas). Foto: Facebook Citra Maja Raya

Progress Fly Over dari gerbang utama menuju pemukiman diatas rel kereta api. Foto: Facebook Citra Maja Raya

Progress pembangunan rumah tipe RE. Foto: Facebook Citra Maja Raya

Belakangan, dari situs citramaja.com, diumumkan penjualan tahap II untuk areal baru seluas 300 Hektar sudah mengalami perubahan harga. Tanpa perlu tunggu genap setahun, harga tanah bangunan untuk RS dipasarkan diharga Rp 149 juta. Kenaikan harga sekitar Rp 6 juta rupiah dalam waktu kurang dari satu tahun, tepatnya delapan bulan menjadi titik awal prospek cerah daerah Maja ini.

https://www.facebook.com/CitraMajaRaya/
Foto: Facebook Citra Maja Raya

Peluang yang bisa dilirik dari area pengembangan kota baru publik Maja adalah letaknya berada pada wilayah administrasi yang berbeda namun potensial, yakni, Tangerang, Bogor, dan Lebak itu sendiri. Jelasnya, luas area Maja secara keseluruhan mencapai 10.900 Hektar dengan rincian Kecamatan Maja di Kabupaten Lebak seluas 5.250 Hektar, Kecamatan Cisoka dan Tigaraksa di Kabupaten Tangerang seluas 2.650 Hektar, dan Kecamatan Tenjo di Kabupaten Bogor seluas 3.000 Hektar.

Selain itu, prospek cerah lain yang bisa semakin menguntungkan adalah para pengembang (developer) yang sudah berkomitmen membesarkan kota baru publik Maja ini bersama-sama. Raksasa properti tanah air seakan sudah bisa ‘meramalkan kejayaan’ daerah yang boleh dikatakan saat ini masih dipandang sebelah mata kebanyakan orang. Tak masalah, sampai mereka benar-benar tahu kalau ada belasan pengembang sudah mengantongi izin konsesi baik pengusaan maupun pengembangan lahan.

Digarap lebih dari 17 pengembang, hingga pengembang sekelas Agung Podomoro, Hanson, Kalbe Group, dan tentunya Ciputra Group sendiri semakin memperjelas kemana arah ‘kail pancing’ pengembangan kota baru publik Maja nantinya akan tertuju. Ambil contoh dari proyek Ciputra Group sebelumnya, Citra Raya yang kebetulan masih berada di satu kawasan yang berdekatan.

Proyek Citra Raya dimulai dibangun tahun 1994 dan dalam perjalanannya di tahun ke-22, areal ratusan hektar itu sudah menjadi ‘kota mandiri’ sendiri yang membuat warga yang tinggal disana nyaman lantaran sudah bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya tanpa perlu keluar dari pintu gerbang utama komplek tersebut. Bagaimana dengan Citra Maja Raya yang total areal pengembangannya mencapai 2.000 Hektar? Tentu bisa dibayangkan…

www.citramaja.com
Master Plan Citra Maja Raya. Foto: www.citramaja.com


Untuk diketahui, sejumlah developer termasuk Ciputra Group telah menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) pada 27 Juni 2016 silam untuk terlibat dalam pengembangan kota baru publik Maja. Pemerintah dan pengembang berkolaborasi membangun dan mengembangkan Maja yang merupakan satu dari program pembangunan 10 kota baru publik sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

Selain itu, kota baru publik Maja sendiri merupakan satu dari wilayah yang diprioritaskan karena posisinya yang berada diantara dua Wilayah Pengembangan Strategis (WPS), yakni WPS 7 yang meliputi Jakarta – Bogor – Ciawi – Sukabumi dan WPS 9 yang meliputi Tanjung Lesung – Sukabumi – Pangandaran – Cilacap. Pengembangan Maja ini juga menjadi program nawacita ketiga presiden Joko Widodo yakni “Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah-Daerah dan Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)”.

Sebagaimana diwartakan Tempo.Co, dalam MoU yang disepakati itu, pemerintah dan pengembang punya tugas masing-masing. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Pembangunan Perumahan (PUPR) wajib membuat rencana induk (masterplan) kota baru publik Maja, pembangunan, dan peningkatan infrastruktur jalan serta jembatan akses ke Maja. Pemerintah juga yang melakukan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan akses jalan tersebut.

Karena letaknya yang bersilangan dengan sejumlah daerah adminsitrasi lain, maka Pemprov Jawa Barat dan Pemprov Banten juga punya kewajiban melakukan penetapan lokasi ruas jalan akses Maja. Sementara, Pemkab Bogor, Pemkab Lebak, dan Pemkab Tangerang serta Pemkot Tangerang Selatan melakukan koordinasi pengadaan tanah jalan akses Maja dan fasilitas perizinan pengembangan kota baru publik Maja.

Jauh sebelum itu, pengembangan Maja sempat pernah digarap jauh sebelumnya. Masih dari sumber Tempo.Co, pengembangan kota baru publik Maja punya kronologi yang cukup panjang yakni sejak tahun 1994. Saat tahun itu dimulai inisiasi pembangunan perumahan oleh pengembang sebagai kota satelit penyangga Jakarta. Sayangya, tahun 1998 terjadi krisis ekonomi sehingga pembangunan tersebut mandek.

“Kemudian pada tahun 2006, pengembangan Kota Baru Publik Maja masuk lagi agenda nasional dalam rapat kabinet,” ujar Kepala Bidang Pengembangan Infrastruktur Kota Besar dan Kota Baru Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan BPIW Kementerian PUPR, Manggas Rudy Siahaan sebagaimana dikutip Tempo.Co.

Singkatnya, sekira tahun 2009 lahir Surat Keputusan (SK) Menpera No. 51/KPTS/M/2008 tentang Tim Kerja Fasilitasi Pengembangan Kembali Kota Kekerabatan Maja dan tahun 2011 dilakukan kembali studi kawasan dalam rangka evaluasi pengembangan kota kekerabatan Maja.

Lalu, bagaimana soal aksesnya?


Pertanyaan yang selalu muncul sebelum calon konsumen menentukan pilihannya memilih sebuah properti. Komitmen pembangunan kota baru publik Maja dari pemerintah serta sejumlah pengembang diikuti dengan pembangunan infrastruktur, salah satunya moda tranportasi.

Baik transportasi darat via jalan tol atau akses darat lainya sudah dibuat dalam peta jalan (road map). Akses yang masih menjadi andalan warga jabodetabek, Commuter Line kebetulan sudah bisa melayani trayek dari stasiun Maja – stasiun Serpong sampai stasiun Tanah Abang.

Stasiun Maja setelah direnovasi beberapa waktu lalu. Foto: Facebook Citra Maja Raya

Melewati kurang belasan stasiun, perjalanan normal itu bisa ditempuh dengan waktu sekira 90 menit untuk sampai di Tanah Abang dengan biaya yang dirogoh tak lebih dari 7 ribu. Selain nyaman dan aman, Commuter Line ini dapat melayani sampai pukul 10 malam ini bisa menjadi moda andalan bagi yang sebelumnya awam dengan transportasi kereta listrik ini.
Suasana di dalam stasiun Maja. Foto: Facebook Citra Maja Raya
Suasana di dalam stasiun Maja. Foto: Facebook Citra Maja Raya
Suasana peron di Stasiun Maja Foto: Facebook Citra Maja Raya
Diwartakan Kompas.com sebelumnya, beberapa infrastruktur guna mendukung Maja sebagai kota baru publik 2035 tengah dipersiapkan perencanaannya oleh BPIW. Dalam rancangannya, infrastruktur itu antara lain jalan mulai dari Pamulang-AEON BSD-Serpong-Setu-Parung Panjang-Maja sepanjang 87 kilometer masih dalam kajian studi detail engineering design.

Kepala BPIW, Rido Matari Ichwan mengatakan bahwa tiga tol lainnya guna menunjang konektivitas ke Maja masih dalam tahap persiapan lahan. Ketiga tol tersebut adalah Kunciran-Serpong, Cilegon-Bojonegara, dan Serpong-Balaraja seksi I serta Serpong-Legok seksi II.

Selain pembangunan jalan darat, pembangunan infrastruktur lainnya adalah bendungan dan sistem penyediaan air minum (SPAM). Keberadaan dua bendungan di sekitar Maja, yakni Sindangheula dan Karian yang saat ini masih dalam tahap lanjutan pembangunan juga diharapkan BPIW bisa segera selesai memberikan pasokan air ke warga di Maja.

Someone is sitting in the shade today because someone planted a tree a long time ago," - kata Warren Buffett
Kira-kira seperti itulah ilustrasi yang paling tidak bisa menjadi second opinion sebelum menentukan pilihan properti. Selain menjadi kebutuhan primer (papan), tak ada salahnya rumah juga dijadikan alternatif lain buat berinvestasi karena membeli rumah bukan hanya untuk dihuni melainkan juga merupakan sarana investasi yang dapat dijaminkan dan hasilnya digunakan untuk membiayai kegiatan usaha.







* Tulisan ini diikutsertakan dalam Citra Maja Raya Writing Competition 2016.

http://citramaja.com/
 

Senin, 22 Juni 2015

Jangan Pernah Me-Monopoli Cinta



Jangan Pernah Me-Monopoli Cinta

Oleh:
Nanda Narendra Putra, SH

Kamu pernah selingkuh? Atau kamu malah yang diselingkuhi oleh pasangan? Jangan khawatir! Kamu ngga perlu mengasiani diri kalian sendiri. Dan juga bagi yang sering berselingkuh, kamu jangan lantas berbangga diri juga. Perlahan-lahan sebaiknya berubah deh!  

Cinta, bagi kaum remaja mungkin tidak seberapa dahsyat ’intrik-intrik’ yang terjadi sepanjang hubungan berlangsung. Walaupun begitu, jika pasangan remaja tak pintar-pintar mengatasi hambatan-hambatan saat menjalaninya, jadi runyam tentu masalahnya. Efeknya? Susah makan, sudah tentu; sekolah tidak fokus, itu pasti. Hal yang lebih dahsyat lagi adalah upaya bunuh diri!. Ehm! untuk yang terakhir itu tentu jangan sampai terjadi ya, saya berpesan sekali lagi jangan dilakukan loh ya!.

Biasanya hal yang paling sensitif yang ditakuti remaja, khususnya remaja wanita adalah isu perselingkuhan. Jangankan remaja, pasangan yang sudah ’resmi’ (membina hubungan rumah tangga,- red) saja bisa seketika membawa masalah perselingkuhan ini ke ’meja hijau’ di Pengadilan Agama (perceraian,- red). Tapi, hal itu tak bisa disamakan dengan remaja yang belum terikat hubungan yang legal dimata hukum. Remaja, paling-paling memilih untuk menyelesaikan hubungan itu atau kita kenal dengan istilah ‘Putus’.

Putus atau mengakhiri hubungan percintaan sebenarnya bisa dengan mudah dihindari. Caranya? Tentu banyak sekali!. Yang tersulit bukanlah memilih menggunakan cara penyelesaian yang mana, tetapi yang sulit adalah berpikir dan bersikap sejalan dengan cara yang kita pilih saat itu. Lagi-lagi soal komitmen menjalankan pilihan dalam menghadapi masalah. Sebagaimana kita tahu, saat masalah terjadi biasanya pikiran sulit sekali ’jernih’ berpikir, paling tidak yang sering dilakukan adalah saling menyalahkan satu dan yang lainnya. Tapi ingat! Hal itu justru membuat semakin ’keruh’.

Bagi orang, mungkin awam saat mendengar kata ‘Monopoli’. Namun, bagi yang punya latar belakang ekonomi dan hukum, istilah ini jadi ’makanan’ sehari-harinya. Tapi kamu ngga perlu khawatir, tulisan ini tak hanya untuk mereka. Tulisan ini saya persembahkan buat kalian semua, yang masih punya hati dan yang akan selalu jadi orang yang memberi kasih sayang untuk pasangannya.

Oke! Untuk memudahkan memahami tulisan ini, saya akan mendefinisikan apa maksud istilah ’Monopoli’*. Monopoli, yang saya maksud dalam tulisan ini mudahnya dipahami dengan ”Kalian sebagai pasangan (baik laki-laki atau perempuan) bersikap mendominasi terhadap pasangan kalian.”  

Pertama-tama, kebanyakan pasangan pernah merasakan ’hangatnya’ hubungan kalian, terutama diawal fase hubungan berjalan. Lambat laun, kehangatan yang dulu menghiasi indahnya romantika seolah menjadi oase di padang pasir, begitu jarang sekali muncul. Entah hal itu menjadi hal yang wajar atau tidak, kebanyakan orang menganggap hal itu lumrah terjadi. Saya? Mau tidak mau sepakat dengan anggapan umum itu. Toh, pengalaman saya menjalin hubungan juga merasakan hal itu kok.

Ngga ada yang salah dengan berkurangnya hal-hal yang intim dalam hubungan, terlebih karena waktu. Waktu seringkali ’dikambing-hitamkan’ oleh semua orang karena berkurangnya keintiman hubungan itu. Lalu? Apakah lantas kalian menyalahkan waktu? Sebaiknya jangan!. Hubungan yang baik itu, buat saya harus dilandasi dengan ’konsep tahu diri’. Kita harus ’tahu diri’ kenapa hubungan yang diawal begitu hangat lama-kelamaan menjadi biasa dan anyep.

”Hubungan yang baik itu, buat saya harus dilandasi dengan ’konsep tahu diri’,”

Oh ternyata... usut punya diusut, baru kita sadari bahwa hal yang ’terlalu’ itu tidak baik akibatnya bagi siapapun, khususnya bagi hubungan sepasang insan. Maksudnya? Bukankah selalu intim itu menjadi dambaan setiap pasangan? Lantas mengapa jika ’terlalu’ itu malah tidak baik?. Saya pun pada awalnya punya asumsi seperti itu, tapi setelah dipikir-pikir, ternyata yang ’terlalu’ itu juga tak selamanya baik, tapi juga tak semerta-merta buruk sih. Kuncinya, buat saya adalah pas.

Izinkan saya meng-analogikan itu ya. Anggaplah hubungan yang intim atau ’hangat’ itu sebagai gairah nafsu makan seseorang. Lalu, selama dua minggu, kamu setiap hari memakan pizza sebagai menu makanannya. Bagaimana perasaanmu kemudian, apakah merasa jenuh karena setiap hari selama dua minggu makan makanan yang sama? Jika ya!, itulah yang juga terjadi pada hubungan yang ’terlalu’ hangat atau intim. Lama-kelamaan, akan menjadi jenuh juga, bukan begitu?

Lalu bagaimana? Jawabnya tergantung! Iya, tergantung mau bagaimana pasangan itu menyikapi hubungannya yang semakin biasa itu. Kalau saya sih, lebih kepada bagaimana karakter pasangan kita ya. Makanya, penting juga kita memahami pasangan kita seutuhnya. Bagi yang belum mengenal secara ’dalam’ pasangannya, ya jangan khawatir. Mengenal pasangan seutuhnya kan juga butuh proses, tak bisa disamakan dengan belajar di kelas atau di tempat bimbingan belajar tentunya.

Lalu apa hubungannya monopoli dengan tulisan ini? Kok ngga nyambung ya kayanya? Iya, benar! Tulisan yang sudah kamu baca daritadi memang belum ada kaitannya dengan monopoli. Kalian sabar dulu ya!. Soal monopoli baru bisa kita pahami saat kita sudah mengenal dalam pasangan kita.

Monopoli tak selamanya buruk, tapi saya sepakat jika monopoli punya kecenderungan kearah hal yang tidak baik juga sih. Seberapa tidak baiknya kepada hubungan, lagi-lagi saya bisa katakan, jawabannya itu tergantung. Yuk simak sedikit penjelasannya.
   
Oke, anggaplah hubungan kalian sudah berada pada fase yang lebih tinggi tingkatannya. Artinya, diantara kalian dan pasangan sudah tidak ada lagi hal-hal yang ditutup-tutupi. Kegiatan kalian dengan pasangan layaknya reallity show, satu dan lainnya tahu kelebihan dan kelemahan masing-masing. Tentu, diawal hubungan romantika kalian atau bahkan dipertengahan hubungan, kalian masih merasa jaim (jaga image,- red), malu-malu jika ada hal yang tidak lumrah diketahui oleh pasangan, dan sebagainya, tapi pada fase ini, semua kalian sikapi berbeda, yaitu kalian lebih bisa menerima satu dengan yang lainnya.

Kaget ngga? Atau udah ketebak dari awal saat pdkt (pendekatan,- red)?  Kalau kalian ngga kaget, itu bagus sih!. Bagi yang kaget dan ngga bisa terima, mau bagaimana?. Nah! Pada fase ini baru bisa kita mulai deteksi apakah pasangan kita punya kecenderungan me-monopoli hubungan kita atau sebaliknya justru kita yang cenderung monopoli pasangan.

Bagi sebagian pasangan, ada yang tidak begitu mempermasalahkan ketika pasangan mereka lebih mendominasi hubungan. Sejatinya, hubungan romantika seharusnya memang dibangun bersama, tidak adu kuat melainkan saling menguatkan, bukan begitu?. Saat pasangan nyatanya di fase hubungan yang lebih tinggi tingkatakannya ini punya kecenderungan me-monopoli hubungan, lalu mau bagaimana? Menyudahi? Iya, benar mau menyudahi? Coba scroll lagi kebagian atas tulisan ini. Kan saya tulis, sebaiknya menyudahi hubungan atau putus itu dihindari. Ya!

”Sejatinya, hubungan romantika seharusnya memang dibangun bersama, tidak adu kuat melainkan saling menguatkan. Bukan begitu?,”

Jika kalian tetap kekeuh memilih menyudahi hubungan kalian, lebih baik cukupkan sampai disini untuk membaca artikel ini. Tapi, bagi kalian yang masih melihat ada hal lain yang lebih patut untuk diperjuangkan. Yuk, lepas sejenak yang ada digenggaman kedua tangan kita dan tepuk tanganlah untuk diri kalian dan teman-teman lain yang membaca artikel ini.

Saya punya prinsip, ”orang yang mengerti, mudah memaafkan”, termasuk untuk hal ini misalnya saat pasangan kamu lebih mendominasi hubungan, ada baiknya kamu memahami dulu latar belakang kenapa si dia melakukan itu dan kenapa kamu harus menerima hal itu. Pikirkan, beri argumen pada diri sendiri hal apa yang memberatkan atau meringankan atas sikap pasangan kalian itu. Sudah dipikirkan? Masih belum tau jawabannya? Yasudah yuk kita cari solusinya bersama.

Buat saya, saat hubungan kita dihadapkan pada hal-hal yang sulit, baik itu yang datang dari luar hubungan kita (’orang ketiga’, orang tua kita dan/atau pasangan, sahabat, dsb) atau dari kita sendiri (karakter, beda prinsip, keyakinan, dsb) saya mencoba untuk memahami terlebih dahulu secara baik dibandingkan saya harus bersikap lebih dahulu. Berdasarkan pengetahuan saya, orang lebih sering bersikap atau menyatakan sikap dalam bentuk perbuatan dibanding memahami apa yang sebenarnya terjadi. Tak sedikit, banyak yang memilih marah hingga membentak pasangannya sampai menangis.

”Orang yang mengerti, mudah memaafkan,”

Bukankah jika kita buru-buru meluapkan perasaan tanpa pemahaman yang baik, hal itu justru akan lebih menyakitkan keduanya? Ngga enak pasti, karena sakitnya bakal double. Ingat ngga awal kalian membentuk hubungan? Pasti sebagian lupa, karena begitu banyak janji terucap. Tapi paling tidak, setiap pasangan berjanji untuk saling mencintai dalam hal atau keadaan apapun. Bahkan, keduanya saling berjanji untuk tidak saling menyakiti ketika hal terburuk terjadi. Jika benar begitu, maka salah satu kunci keberhasilan melewati hambatan dalam suatu hubungan, yaitu dengan mengingat tujuan awal kalian membina hubungan itu, benar kan?

”Apapun itu, akan selalu manis pada awalnya. Lalu, kemudian akan berkurang sampai pahit diakhir. Tak ada salahnya mengingat ’awal’ agar semua kembali manis pada akhirnya,”
  
Oh ya, hal selanjutnya adalah saat kamu sudah berhasil melakukan hal diatas kepada pasangan, saya asumsikan hubungan kalian akan berlanjut dan melangkah pasti kedepan. Tapi, saya punya ’bayangan’ yang mungkin sebagian orang pernah sepintas terpikirkan soal hal ini. Bagi yang tidak memikirkan, ada baiknya melihat apa yang saya pikirkan pada fase yang lebih lanjut ini. Boleh setuju atau tidak, hal ini adalah hal yang juga ditakutkan bila sampai ada dalam hubungan seseorang.

Saat pasangan kalian belakangan kita ketahui punya sikap yang mendominasi atau me-monopoli hubungan, kalian tentu berhasil ’menyelesaikan’ hal itu. Kalian anggap hal itu bukan lagi sebagai masalah dan juga sudah berhasil disikapi dengan baik. Hal itu berujung pada kelangsungan hubungan romantika kalian ke fase yang selanjutnya.

Tapi, saya punya kecenderungan lain. Ada ketakutan, saat pasangan seakan menganggap sikap kita yang menerima keadaannya itu sebagai suatu sikap permanen dalam diri kita. Tidak salah memang, saat pasangan kita menganggap seperti itu. Kekhawatiran saya lebih kepada, khawatir saat dia memanfaatkan hal itu. Ya ngga sih? Ini adalah asumsi pribadi...

Jika saya mau simpulkan, me-monopoli hubungan yang dilakukan pasangan bukan akhir sikapnya. Tapi lebih pada pintu masuk... entah apakah penggunaan istilah ’pintu masuk’ ini relevan dengan konteks ini. Tapi paling tidak, saat pasangan kalian me-monopoli hubungan kalian, ada kecenderungan pasangan kalian akan melakukan hal-hal lain yang mengejutkan romantika kalian kedepan. Ha? Apa ya? Saya juga tak tahu hal apalagi yang akan dilakukannya. Yang jelas, sayangi dan cintai saja pasangan kalian tanpa syarat...











See you... semoga kita bertemu pada kesempatan lain lewat tulisan-tulisan saya ya.
(NNP, what goes arround comes back arround)



*. Monopoli    : Sistim perdagangan yang hampir tujuh puluh lima persen dikuasai satu                   pihak tertentu (dalam Kamus Bahasa Indonesia Populer (Bintang Timur                       Surabaya, 1995: 413)    

Jumat, 30 Mei 2014

Stay on comfort zone, why not?



Stay on comfort zone, why not?

Comfort zone adalah zona nyaman atau kenyamanan. Artinya adalah seseorang yang berada di zona nyaman dari suatu hal yang menjadi rutinitasnya. Lalu apakah seseorang yang merasa atau berada dalam suatu zona nyaman atau comfort zone itu adalah tidak atau kurang tepat? Loh mengapa demikian? Pastilah dalam diri pembaca akan bertanya dan kemudian menjawab sendiri secara nyinyir pertanyaan diatas. Memang benar, pada awalnya penulispun sempat berpikir seperti itu akan tetapi setelah menemui dan melihat banyak tokoh yang membuat artikel tentang hal ini maka penulis pun mulai menganalisis dan mencoba memberi argumen yang kuat kepada para pembaca sekali.
Seseorang pada dasarnya ingin berada pada fase ini, yaitu comfort zone. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa sifat dasar manusia ya memang untuk menyenangkan diri sendiri. Sehingga ada banyak orang yang entah mereka tidak tahu bahwa mereka berada dalam suatu comfort zone atau mereka tidak mau untuk keluar dari comfort zone ini. Lagi-lagi hal ini merupakan sebuah pilihan sehingga siapapun tidak berhak untuk memaksakan seseorang untuk segera move on dari comfort zone atau stay on di comfort zone ini.
Penulis pada dasarnya sedikit gelisah oleh banyak artikel yang beredar yang mengatakan pada intinya untuk segera keluar dari comfort zone mereka. Seolah-oleh comfort zone ini menjadi sebuah hal yang harus segera dihindari. Padahal tidak semudah itu untuk mengajak seseorang untuk keluar dari comfort zone mereka.
Penulis dapat memberikan sedikit argumen terkait hal diatas mengapa kita tidak melulu harus mengikuti ajakan untuk keluar dari comfort zone sendiri.  Beberapa alasan mengapa agar kita tidak harus melulu keluar dari comfort zone:
  1. Tujuan hidup manusia adalah untuk memiliki banyak kesenangan
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia juga sebagai serigala bagi manusia lainnya. Maka kondisinya adalah manusia memang benar-benar memiliki kesamaan tujuan, yaitu senang dan bahagia. Untuk mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan itu diperlukan suatu usaha dan juga kerja keras yang dibarengi dengan niat dan sifat hati yang ikhlas.
  1. Percayalah bahwa comfort zone itu sendiri adalah tujuan utama seseorang
Selanjutnya ketika seseorang telah berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan dan bisa merasakan kebahagiaan, maka besar kemungkinan seseorang tersebut akan meraih kesenangan dan kebahagiaan yang selama ini dicita-citakan. Kondisi seperti itu berarti adalah kondisi dimana seseorang berada dalam comfort zone mereka. Lalu apakah masih ingin meninggalkannya?
  1. Banyak hal positif yang akan datang ketika kalian berada dalam kondisi comfort zone
Kemudian yang terakhir adalah banyak hal positif yang dapat seseorang raih dan kemudian bisa bagikan kepada yang lainnya. Sehingga dapatlah menjadi ibadah bagi sesama makhluk ketika seseorang tersebut saling berbagi kebahagiaan.
Penulis meyakini bahwa banyak diantara pembaca yang tidak setuju dengan argumen-argumen penulis diatas. Sebab campaign yang disebarkan dan banyak beredar dalam bentuk artikel, video seminar, dsb memang mengisyaratkan untuk itu. Dan yang terbentuk sebagai public opinion adalah kondisi yang tidak baik ketika seseorang berada di comfort zone. Lagi-lagi disini penulis mencoba untuk memposisikan diri sebagai pihak yang berada ditengah (netral), oleh karena itu perlu dirasa oleh diri pribadi penulis untuk membuat artikel agar menyeimbangkan pendapat umum yang beredar terkait comfort zone ini.
Sebagai contoh agar lebih memudahkan misalnya ketika seorang perempuan bernama Erista. Dia telah tamat dalam menyelesaikan pendidikan di Indonesia, yaitu TK – SD – SMP – SMP – S1 – S2 dan saat ini telah berjuang untuk dapat mendapat penghasilan dengan bekerja dan merintis usahanya sejak dia kuliah S1. Jika kita lihat dan kaitkan dengan 3 alasan mengapa kita untuk tidak melulu harus keluar dari comfort zone, maka didapat analogi seperti ini: perjuangan Erista untuk dapat menyelesaikan pendidikan mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi dan perjuangannya ketika merintis usaha dan bisnisnya merupakan suatu usaha yang kerja dimana banyak hal yang mungkin dikorbankan seperti uang, waktu bermain, dsb. Akan tetapi konsekuensi terbesar yang akan didapat adalah kesengan dan kebahagiaan. Kesenangan dan kebahagiaan adalah tujuan hidup manusia. Maka ketika tahap pertama telah dilalui, maka sampailah pada tahap kedua, yaitu hidup yang nyaman atau comfort zone. Dan percayalah bahwa comfort zone ini merupakan tujuan kedua setelah kalian bahagia. Comfort zone juga dapat dikatakan sebuah reward atas kerja keras yang selama ini telah dilakukan dan pada fase inilah kita bisa menikmati hasil kerja keras.
Kemudian yang terakhir adalah ketika seseorang telah nyaman dengan kehidupannya, dapat dimungkinkan seseoarang tersebut akan membagikan dengan beragam cara dan metode yang disukai oleh orang tersebut. Misalnya dengan cara berbagi pengalaman, bersedekah, atau hal-hal lain yang sifatnya lebih kepada arah sosial. Sudah dapat dibayangkan bahwa hidup dalam comfort zone itu memang benar-benar impian manusia sesuai dengan hakikatnya sendiri. Tidak perlu lagi untuk berpikir agar meninggalkan comfort zone ini.
Lalu ada suatu pernyataan yang menyatakan bahwa ketika berada dalam comfort zone, seseorang cenderung statis atau stagnan yang membuat menjadi tidak produktif atau bahkan degradasi. Oke, penulis coba atasi bantahan argumen diatas dengan jawaban yang sama, yaitu  3 alasan mengapa kita untuk tidak melulu harus keluar dari comfort zone. Masih bingung? Oke sedikit penulis jelaskan. Comfort zone diraih bukan semata-mata tanpa kerja keras dan keringat. Lebih dari hal itu taruhannya agar seseorang bisa berada dalam comfort zone. Kerja keras yang dilakukan mungkin tidak cukup 1, 2 bulan atau 1, 2 tahun. Bahkan ada yang hingga lebih dari waktu 5 tahun untuk dapat mencapainya. Sehingga pola yang dilakukan dalam kurun waktu yang lama itu akan membentuk suatu pola keteraturan yang membuat seseorang itu akan terbiasa dan pada fase tertinggi akan menjadi suatu pendarah dagingan (internalization) dalam diri seseorang itu. Maka ketika sukses diraih dan telah berada di comfort zone, maka sifat kerja keras tersebut menjadi tetap ada dan memungkinkan untuk semakin terasah.
Kurang lebih hal-hal diatas yang bisa penulis sampaikan terkait dengan artikel yang ditulis penulis ini. Inti dari inti artikel ini adalah tetaplah pada zona kenyamananmu (stay on your comfort zone) dan hiduplah dari sana (make a living with it). Stay on your comfort zone and make a living with it. (NNP).