Jumat, 30 Mei 2014

Stay on comfort zone, why not?



Stay on comfort zone, why not?

Comfort zone adalah zona nyaman atau kenyamanan. Artinya adalah seseorang yang berada di zona nyaman dari suatu hal yang menjadi rutinitasnya. Lalu apakah seseorang yang merasa atau berada dalam suatu zona nyaman atau comfort zone itu adalah tidak atau kurang tepat? Loh mengapa demikian? Pastilah dalam diri pembaca akan bertanya dan kemudian menjawab sendiri secara nyinyir pertanyaan diatas. Memang benar, pada awalnya penulispun sempat berpikir seperti itu akan tetapi setelah menemui dan melihat banyak tokoh yang membuat artikel tentang hal ini maka penulis pun mulai menganalisis dan mencoba memberi argumen yang kuat kepada para pembaca sekali.
Seseorang pada dasarnya ingin berada pada fase ini, yaitu comfort zone. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa sifat dasar manusia ya memang untuk menyenangkan diri sendiri. Sehingga ada banyak orang yang entah mereka tidak tahu bahwa mereka berada dalam suatu comfort zone atau mereka tidak mau untuk keluar dari comfort zone ini. Lagi-lagi hal ini merupakan sebuah pilihan sehingga siapapun tidak berhak untuk memaksakan seseorang untuk segera move on dari comfort zone atau stay on di comfort zone ini.
Penulis pada dasarnya sedikit gelisah oleh banyak artikel yang beredar yang mengatakan pada intinya untuk segera keluar dari comfort zone mereka. Seolah-oleh comfort zone ini menjadi sebuah hal yang harus segera dihindari. Padahal tidak semudah itu untuk mengajak seseorang untuk keluar dari comfort zone mereka.
Penulis dapat memberikan sedikit argumen terkait hal diatas mengapa kita tidak melulu harus mengikuti ajakan untuk keluar dari comfort zone sendiri.  Beberapa alasan mengapa agar kita tidak harus melulu keluar dari comfort zone:
  1. Tujuan hidup manusia adalah untuk memiliki banyak kesenangan
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia juga sebagai serigala bagi manusia lainnya. Maka kondisinya adalah manusia memang benar-benar memiliki kesamaan tujuan, yaitu senang dan bahagia. Untuk mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan itu diperlukan suatu usaha dan juga kerja keras yang dibarengi dengan niat dan sifat hati yang ikhlas.
  1. Percayalah bahwa comfort zone itu sendiri adalah tujuan utama seseorang
Selanjutnya ketika seseorang telah berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan dan bisa merasakan kebahagiaan, maka besar kemungkinan seseorang tersebut akan meraih kesenangan dan kebahagiaan yang selama ini dicita-citakan. Kondisi seperti itu berarti adalah kondisi dimana seseorang berada dalam comfort zone mereka. Lalu apakah masih ingin meninggalkannya?
  1. Banyak hal positif yang akan datang ketika kalian berada dalam kondisi comfort zone
Kemudian yang terakhir adalah banyak hal positif yang dapat seseorang raih dan kemudian bisa bagikan kepada yang lainnya. Sehingga dapatlah menjadi ibadah bagi sesama makhluk ketika seseorang tersebut saling berbagi kebahagiaan.
Penulis meyakini bahwa banyak diantara pembaca yang tidak setuju dengan argumen-argumen penulis diatas. Sebab campaign yang disebarkan dan banyak beredar dalam bentuk artikel, video seminar, dsb memang mengisyaratkan untuk itu. Dan yang terbentuk sebagai public opinion adalah kondisi yang tidak baik ketika seseorang berada di comfort zone. Lagi-lagi disini penulis mencoba untuk memposisikan diri sebagai pihak yang berada ditengah (netral), oleh karena itu perlu dirasa oleh diri pribadi penulis untuk membuat artikel agar menyeimbangkan pendapat umum yang beredar terkait comfort zone ini.
Sebagai contoh agar lebih memudahkan misalnya ketika seorang perempuan bernama Erista. Dia telah tamat dalam menyelesaikan pendidikan di Indonesia, yaitu TK – SD – SMP – SMP – S1 – S2 dan saat ini telah berjuang untuk dapat mendapat penghasilan dengan bekerja dan merintis usahanya sejak dia kuliah S1. Jika kita lihat dan kaitkan dengan 3 alasan mengapa kita untuk tidak melulu harus keluar dari comfort zone, maka didapat analogi seperti ini: perjuangan Erista untuk dapat menyelesaikan pendidikan mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi dan perjuangannya ketika merintis usaha dan bisnisnya merupakan suatu usaha yang kerja dimana banyak hal yang mungkin dikorbankan seperti uang, waktu bermain, dsb. Akan tetapi konsekuensi terbesar yang akan didapat adalah kesengan dan kebahagiaan. Kesenangan dan kebahagiaan adalah tujuan hidup manusia. Maka ketika tahap pertama telah dilalui, maka sampailah pada tahap kedua, yaitu hidup yang nyaman atau comfort zone. Dan percayalah bahwa comfort zone ini merupakan tujuan kedua setelah kalian bahagia. Comfort zone juga dapat dikatakan sebuah reward atas kerja keras yang selama ini telah dilakukan dan pada fase inilah kita bisa menikmati hasil kerja keras.
Kemudian yang terakhir adalah ketika seseorang telah nyaman dengan kehidupannya, dapat dimungkinkan seseoarang tersebut akan membagikan dengan beragam cara dan metode yang disukai oleh orang tersebut. Misalnya dengan cara berbagi pengalaman, bersedekah, atau hal-hal lain yang sifatnya lebih kepada arah sosial. Sudah dapat dibayangkan bahwa hidup dalam comfort zone itu memang benar-benar impian manusia sesuai dengan hakikatnya sendiri. Tidak perlu lagi untuk berpikir agar meninggalkan comfort zone ini.
Lalu ada suatu pernyataan yang menyatakan bahwa ketika berada dalam comfort zone, seseorang cenderung statis atau stagnan yang membuat menjadi tidak produktif atau bahkan degradasi. Oke, penulis coba atasi bantahan argumen diatas dengan jawaban yang sama, yaitu  3 alasan mengapa kita untuk tidak melulu harus keluar dari comfort zone. Masih bingung? Oke sedikit penulis jelaskan. Comfort zone diraih bukan semata-mata tanpa kerja keras dan keringat. Lebih dari hal itu taruhannya agar seseorang bisa berada dalam comfort zone. Kerja keras yang dilakukan mungkin tidak cukup 1, 2 bulan atau 1, 2 tahun. Bahkan ada yang hingga lebih dari waktu 5 tahun untuk dapat mencapainya. Sehingga pola yang dilakukan dalam kurun waktu yang lama itu akan membentuk suatu pola keteraturan yang membuat seseorang itu akan terbiasa dan pada fase tertinggi akan menjadi suatu pendarah dagingan (internalization) dalam diri seseorang itu. Maka ketika sukses diraih dan telah berada di comfort zone, maka sifat kerja keras tersebut menjadi tetap ada dan memungkinkan untuk semakin terasah.
Kurang lebih hal-hal diatas yang bisa penulis sampaikan terkait dengan artikel yang ditulis penulis ini. Inti dari inti artikel ini adalah tetaplah pada zona kenyamananmu (stay on your comfort zone) dan hiduplah dari sana (make a living with it). Stay on your comfort zone and make a living with it. (NNP).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar