Stay
on comfort zone, why not?
Comfort zone adalah zona nyaman atau kenyamanan. Artinya adalah seseorang yang berada
di zona nyaman dari suatu hal yang menjadi rutinitasnya. Lalu apakah seseorang
yang merasa atau berada dalam suatu zona nyaman atau comfort zone itu
adalah tidak atau kurang tepat? Loh mengapa demikian? Pastilah dalam diri
pembaca akan bertanya dan kemudian menjawab sendiri secara nyinyir pertanyaan
diatas. Memang benar, pada awalnya penulispun sempat berpikir seperti itu akan
tetapi setelah menemui dan melihat banyak tokoh yang membuat artikel tentang
hal ini maka penulis pun mulai menganalisis dan mencoba memberi argumen yang
kuat kepada para pembaca sekali.
Seseorang pada dasarnya ingin berada pada fase ini, yaitu
comfort zone. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa sifat dasar manusia ya
memang untuk menyenangkan diri sendiri. Sehingga ada banyak orang yang entah
mereka tidak tahu bahwa mereka berada dalam suatu comfort zone atau
mereka tidak mau untuk keluar dari comfort zone ini. Lagi-lagi hal ini
merupakan sebuah pilihan sehingga siapapun tidak berhak untuk memaksakan
seseorang untuk segera move on dari comfort zone atau stay on
di comfort zone ini.
Penulis pada dasarnya sedikit gelisah oleh banyak artikel
yang beredar yang mengatakan pada intinya untuk segera keluar dari comfort zone
mereka. Seolah-oleh comfort zone ini menjadi sebuah hal yang harus segera
dihindari. Padahal tidak semudah itu untuk mengajak seseorang untuk keluar dari
comfort zone mereka.
Penulis dapat memberikan sedikit argumen terkait hal
diatas mengapa kita tidak melulu harus mengikuti ajakan untuk keluar dari comfort
zone sendiri. Beberapa alasan
mengapa agar kita tidak harus melulu keluar dari comfort zone:
- Tujuan hidup manusia adalah untuk memiliki banyak kesenangan
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia juga sebagai
serigala bagi manusia lainnya. Maka kondisinya adalah manusia memang
benar-benar memiliki kesamaan tujuan, yaitu senang dan bahagia. Untuk
mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan itu diperlukan suatu usaha dan juga
kerja keras yang dibarengi dengan niat dan sifat hati yang ikhlas.
- Percayalah bahwa comfort zone itu sendiri adalah tujuan utama seseorang
Selanjutnya ketika seseorang telah berjuang sekuat tenaga
untuk mendapatkan dan bisa merasakan kebahagiaan, maka besar kemungkinan
seseorang tersebut akan meraih kesenangan dan kebahagiaan yang selama ini
dicita-citakan. Kondisi seperti itu berarti adalah kondisi dimana seseorang
berada dalam comfort zone mereka. Lalu apakah masih ingin
meninggalkannya?
- Banyak hal positif yang akan datang ketika kalian berada dalam kondisi comfort zone
Kemudian yang terakhir adalah banyak hal positif yang
dapat seseorang raih dan kemudian bisa bagikan kepada yang lainnya. Sehingga
dapatlah menjadi ibadah bagi sesama makhluk ketika seseorang tersebut saling
berbagi kebahagiaan.
Penulis meyakini bahwa banyak diantara pembaca yang tidak
setuju dengan argumen-argumen penulis diatas. Sebab campaign yang
disebarkan dan banyak beredar dalam bentuk artikel, video seminar, dsb memang
mengisyaratkan untuk itu. Dan yang terbentuk sebagai public opinion
adalah kondisi yang tidak baik ketika seseorang berada di comfort zone.
Lagi-lagi disini penulis mencoba untuk memposisikan diri sebagai pihak yang
berada ditengah (netral), oleh karena itu perlu dirasa oleh diri pribadi
penulis untuk membuat artikel agar menyeimbangkan pendapat umum yang beredar
terkait comfort zone ini.
Sebagai contoh agar lebih memudahkan misalnya ketika
seorang perempuan bernama Erista. Dia telah tamat dalam menyelesaikan pendidikan
di Indonesia, yaitu TK – SD – SMP – SMP – S1 – S2 dan saat ini telah berjuang
untuk dapat mendapat penghasilan dengan bekerja dan merintis usahanya sejak dia
kuliah S1. Jika kita lihat dan kaitkan dengan 3 alasan mengapa kita untuk tidak
melulu harus keluar dari comfort zone, maka didapat analogi seperti ini:
perjuangan Erista untuk dapat menyelesaikan pendidikan mulai dari TK hingga
Perguruan Tinggi dan perjuangannya ketika merintis usaha dan bisnisnya
merupakan suatu usaha yang kerja dimana banyak hal yang mungkin dikorbankan
seperti uang, waktu bermain, dsb. Akan tetapi konsekuensi terbesar yang akan
didapat adalah kesengan dan kebahagiaan. Kesenangan dan kebahagiaan adalah
tujuan hidup manusia. Maka ketika tahap pertama telah dilalui, maka sampailah
pada tahap kedua, yaitu hidup yang nyaman atau comfort zone. Dan
percayalah bahwa comfort zone ini merupakan tujuan kedua setelah kalian
bahagia. Comfort zone juga dapat dikatakan sebuah reward atas kerja keras yang
selama ini telah dilakukan dan pada fase inilah kita bisa menikmati hasil kerja
keras.
Kemudian yang terakhir adalah ketika seseorang telah
nyaman dengan kehidupannya, dapat dimungkinkan seseoarang tersebut akan
membagikan dengan beragam cara dan metode yang disukai oleh orang tersebut.
Misalnya dengan cara berbagi pengalaman, bersedekah, atau hal-hal lain yang
sifatnya lebih kepada arah sosial. Sudah dapat dibayangkan bahwa hidup dalam
comfort zone itu memang benar-benar impian manusia sesuai dengan hakikatnya
sendiri. Tidak perlu lagi untuk berpikir agar meninggalkan comfort zone
ini.
Lalu ada suatu pernyataan yang menyatakan bahwa ketika
berada dalam comfort zone, seseorang cenderung statis atau stagnan yang
membuat menjadi tidak produktif atau bahkan degradasi. Oke, penulis coba atasi
bantahan argumen diatas dengan jawaban yang sama, yaitu 3 alasan mengapa kita untuk tidak melulu
harus keluar dari comfort zone. Masih bingung? Oke sedikit penulis
jelaskan. Comfort zone diraih bukan semata-mata tanpa kerja keras dan
keringat. Lebih dari hal itu taruhannya agar seseorang bisa berada dalam comfort
zone. Kerja keras yang dilakukan mungkin tidak cukup 1, 2 bulan atau 1, 2
tahun. Bahkan ada yang hingga lebih dari waktu 5 tahun untuk dapat mencapainya.
Sehingga pola yang dilakukan dalam kurun waktu yang lama itu akan membentuk
suatu pola keteraturan yang membuat seseorang itu akan terbiasa dan pada fase
tertinggi akan menjadi suatu pendarah dagingan (internalization) dalam
diri seseorang itu. Maka ketika sukses diraih dan telah berada di comfort zone,
maka sifat kerja keras tersebut menjadi tetap ada dan memungkinkan untuk
semakin terasah.
Kurang lebih hal-hal diatas yang bisa penulis sampaikan
terkait dengan artikel yang ditulis penulis ini. Inti dari inti
artikel ini adalah tetaplah pada zona kenyamananmu (stay on your comfort
zone) dan hiduplah dari sana (make a living with it). Stay on your
comfort zone and make a living with it. (NNP).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar